Jumat, 05 September 2014

BERSUJUD KEPADA ALLAH DALAM KEHIDUPAN KITA

Semoga bermanfa'at untuk kita semua, semoga menjadi bekal untuk kita menuai berkah dalam hidup dijalan Allah...

BERSUJUD KEPADA ALLAH DALAM KEHIDUPAN KITA



" Bersujud Kepada Allah Dalam Kehidupan Kita "


Alangkah beruntungnya orang-orang mu’min, yang dapat merasakan kebagaiaan dalam setiap keadaan; suka maupun duka. Itulah barakah, kebaikan yang bertambah-tambah. Kebahagiaan mereka adalah kebaikan. Kesempitan dan kesusahan mereka pun kebaikan. Tatkala berbuat dosa pun menjadi kebaikan jika tertaubati dan menjadikannya insan yang lebih bertaqwa.

Alangkah bahagianya orang mu’min. Karena iman, tak ada kesedihan dan ketakutan. Sebab mereka ridha terhadap Rabbnya dan Rabbnya ridha terhadap mereka. Tiada kekhawatiran kehidupan mereka di dunia, sebab jika mereka menjadi orang yang dekat kepada-Nya, pasti akan ditolong, dilindungi, diayomi, diselamatkan oleh-Nya. Tiada kebahagiaan yang melebihi orang-orang yang dekat kepada Rabb-nya.

Sedangkan kebahagiaan puncak mereka ada di akhirat; ketika bertemu dengan-Nya, mendapatkan sambutan salam dari-Nya; mendapatkan ridha dan surga-Nya. Sedangkan kebahagiaan mereka di dunia merupakan ‘surga’ yang dicicipkan sebelum surga yang sebenarnya. Dengan rasa iman di dalam dada; mencakup syukur, sabar dan ampunan.

Alangkah bahagianya orang yang bersyukur, setiap kenikmatannya pasti akan ditambah. Ditambah dan ditambah. Sedangkan rasa syukur itu merupakan ni’mat tersendiri. Karena rasa syukur pula ia menjadi qanaah, merasa cukup. Sehingga lapanglah dadanya. Luaslah pandangannya.

Alangkah bahagianya orang yang bersabar; pasti mendapatkan rahmat-Nya, dosa-dosanya diampuni, diganjari kebaikan yang tak terbatas, dinaikkan derajat keimanannya. Serta kebahagiaan bagi orang-orang yang bertaubat; dosa-dosanya terampuni, kesalahannya diganti dengan kebaikan. Alangkah bahagianya… Alangkah beruntungnya…

Sedangkan kesengsaraan bagi orang yang tak mampu bersyukur; sempit hatinya membuatnya selalu kurang; tak membuatnya nyaman meski dalam keadaan yang baik sekalipun. Orang yang sempit hati, tak akan merasakan kebahagiaan meski pun tinggal di dalam istana yang megah dan di tengah harta kekayaan yang melimpah. Serta kesengsaraan pun bagi orang-orang yang tak mampu bersabar. Kesempitan dan kesusahan mereka bertambah-tambah dengan kesengsaraan di dalam dada. Dan puncak kesengsaraan mereka adalah di akhirat; ketika mendapati adzab dan laknat-Nya. Na’udzubillah min dzalik…

( Jika beriman derajat akan tinggi ) 

Dalam era di mana ummat Islam sedang memperoleh giliran kalah sementara kaum kuffar memperoleh giliran merasakan kemenangan, maka semestinya orang-orang beriman meneladani contoh berjuangnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat radhiyallahu ’anhum di fase sebelum meraih kemenangan yakni sewaktu di periode awal Makkah. Pada masa itu para pendahulu kita sibuk memfokuskan diri dalam menyelenggarakan da’wah kepada masyarakat pada umumnya. Sedangkan kepada mereka yang menyambut seruan da’wah ditingkatkan komitmennya melalui aktifitas tarbiyyah alias pengkaderan, penggemblengan agar menjadi anasir perubah yang mumpuni di tengah masyarakat.

Allah subhaanahu wa ta’aala menggambarkan orang-orang beriman sebagai orang-orang yang paling tinggi derajatnya. Oleh karenanya, mereka tidak dibenarkan memelihara sikap lemah mental atau bersedih hati.

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” 
(QS Ali Imran ayat 139)

Ayat di atas turun berkenaan dengan perang Uhud yang baru saja dilalui oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat radhiyallahu ’anhum. Mereka mengalami kekalahan di dalamnya. Ketika Ibnu Katsir rahimahullah mengomentari ayat di atas beliau mengatakan bahwa “Kesudahan yang baik dan pertolongan (Allah) akan berpihak kepadamu, wahai orang-orang yang beriman.” Artinya, walaupun mengalami kekalahan dalam perang, para sahabat radhiyallahu ‘anhum hendaknya tetap optimis, sebab pertolongan Allah ta’aala pada hakekatnya selalu bersama orang-orang beriman.

Sambutlah pagi dengan menyandarkan diri kepada Allah SWT dengan memenuhi Shalat Shubuh berjamaah, kemudian mengerjakan shalat dhuha, dan menyempatkan diri tilawah Al-Qur'an barang dua-empat lembar, seorang mu'min senantiasa menghubungkan hati kepada Allah SWT dan menyandarkan dirinya kepada Rabb yang maha kuasa atas segala sesuatu. Rajin mengkaji keimanan dan keislaman, tanpa mengenal bosan agar dirinya selalu memiliki kehidupan yang terarah selalu dalam petunjuk-Nya. Harinya dimulai dengan shalat, komitmen agar bersujud dalam memulai kehidupannya yang selalu tunduk kepada Syari'at Allah SWT.

Sujud ia dalam kehidupan dalam rumah tangga ia terapkan nilai-nilai keislaman, sujud ia dalam ekonomi selalu mengikuti syari'atnya dalam bermuamalah perdagangan, sujud ia dalam bersosial selalu menebarkan da'wah mengajak manusia kembali kepada jalan Allah SWT, sujud ia dalam menyikapi setiap fase dan situasi serta semua bidang kehidupan selalu berdasarkan kaca mata Al-Qur'an dan Sunnah. Kesemuanya harus seiring yang berangkat dari shalat sebagai penguat komitmen agar selalu bersujud dalam kehidupannya sesuai petunjuk Ilaahi.



Dikutip oleh sahabat Ainun Foe


semoga bermanfa'at

Tidak ada komentar:

Posting Komentar