Rabu, 13 Agustus 2014

Kisah Menjaga Lisan (Perkataan) Dan Amarah

Menjaga Lisan (Perkataan) Dan Menahan Amarah


Terkadang kita secara tidak sadar mengeluarkan kata-kata yang menyinggung orang lain, yang kita sendiri tidak pernah menyadarinya menimbulkan dendam dan sakit hati kepada orang lain, yang terkadang kita hanya berniat bercanda atau bergurau saja, tetapi menimbulkan dampak yang negatif.
Islam selalu menganjurkan kita untuk menjaga tutur kata kita, mengontrol tutur kata kita, agar kita termasuk golongan orang-orang yang selamat. Ada banyak perumpaan yang sering kita dengar untuk lisan (perkataan), diantaranya ;

1. Mulutmu adalah harimaumu
2. Lidah lebih tajam daripada pedang
3. Lidah tak bertulang, dan masih banyak lagi...

Kenapa menjaga lisan atau tutur kata menjadi sangat penting, terkadang karena lisan kita semua saling bertengkar, karena lisan bisa menimbulkan fitnah, karena lisan bisa menimbulkan dendam, dan masih banyak lagi dampaknya. Itu sebabnya mengapa kita harus selalu menjaga lisan kita.
Ada sebuah kisah tentang seseorang anak muda yang suka marah, hampir tiap hari dia marah dan setiap dia marah dia mengeluarkan kata-kata kasar dan menyakitkan. Sang ayah kemudian mencari cara untuk menyadarkan anaknya yang suka marah tersebut.
Suatu hari sang ayah menyiapkan sebungkus paku untuk anaknya. Kemudian ditemuinya anak tersebut sambil menyerahkan bungkusan paku tersebut,......

Anak : Apa ini ayah…..?? kenapa ayah memberiku paku..? (Tanya sang anak sambil heran)
Ayah : Ini paku anakku.
Anak : Kenapa ayah memberiku paku, untuk apa?
Ayah : Anakku…jika kamu sedang marah atau emosi, maka pakukan paku ini ke pagar halaman belakang. (Perintah sang ayah sambil memberi arahan kepada sang anaknya)
Tanpa banyak bertanya lagi sang anak menjalankan perintah ayahnya.

Keesokan harinya,  tiba saatnya sang anak marah, kemudian di pakukan paku tersebut ke halaman belakang, bahkan setiap dia marah dia pakukan lagi paku-paku tersebut ke pagar halaman belakang.

Akhirnya tibalah waktu dimana sang anak merasa dirinya benar-benar bisa mengendalikan amarahnya dan tidak mudah kehlilangan kesabarannya. Kemudian dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya. Tetapi ayahnya malah menyuruhnya unutuk mencabut paku-paku yang sudah ia tancapkan ke pagar halaman belakang rumah tersebut, setelah beberapa hari ia berhasil mencabut paku-paku tersebut hingga habis. Kemudian sang ayah berkata kepada anak tersebut :

Ayah : hmmmmm….selamat anakku engkau sudah berhasil dengan baik.
Anak : terima kasih ayah…(jawab sang anak dengan merasa bangga)
Ayah : tetapi….coba lihatlah lubang-lubang kecil bekas paku tersebut, walau sudah kamu cabut pakunya tetapi lubang tersebut tidaklah hilang.
Anak : ia benar ayah
Ayah : anakkku…ini adalah pelajaran buat kita, buat kamu dan buat ayah, setiap kamu marah atau mengeluarkan kata-kata yang tidak baik ketika marah, atau setiap kita bertutur kata maka hendaklah berhati, setiap kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahanmu kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini dihati orang lain….
Ayah : kamu bisa menusukkan pisau atau pedang kepada seseorang, lalu mencabutnya. Tetapi tidak perduli kamu sudah minta maaf atau belum minta maaf luka tersebut tetap ada dan luka karena kata-kata itu mempunyai dampak yang lebih buruk daripada luka fisik…


Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad S.A.W Bersabda :

"Orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya berkata yang baik atau (jika tidak bisa) lebih baik diam" (HR. Bukhori)

"Orang yang disebut muslim adalah orang yang bisa menjaga tangannya dan lisannya dari menyakiti muslim yang lain" 
(HR. Bukhori)


Semoga kisah ini bermanfa’at.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar